Newmark Sliding-Block Analysis

Untuk yang sedang belajar atau lagi cari-cari bahan untuk kerjaan terkait Newmark Sliding-Block analysis maka kebetulan ini bisa dijadikan referensi.

Langsung saja yahh,

Metode Newmark (1965) digunakan untuk mengkuantifikasi dari pergerakan lereng akibat dari beban gempa, dengan asumsi bahwa satu blok dari bagian lereng bergeser secara permanent. Sebelum menggunakan metode ini, terlebih dahulu dicari besaran percepatan (acceleration) yang mengakibatkan faktor keamanan lereng menjadi 1.0 menggunakan metode limit-equilibrium digabung dengan analisis pseudostatic. Nahh angka percepatan itu disebut sebagai critical acceleration (ac atau bisa juga disingkat ky). Lalu asumsi dasar dari metode ini juga adalah (Matasovic and Giroud, 1998):

i) the potential failure mass is rigid (noncompliant);

(ii) the dynamic response ofthe failure mass isnot influenced by (coupled with) the permanent displacement (slip) that occurs along the failure surface;

(iii) permanent displacement accumulates in only one direction (the downslope direction);

(iv) the vertical component of the ground motion does not influence the calculated permanent displacement;and

(v) the yield acceleration of the potential failure mass is constant

Selanjutnya ground motion (Strong motion / Time Histories) diambil dari ground motion database atau jika untuk proyek diambil dari hasil analisis site response spectra. nahh setelah ini baru lah si analisis Newmark dilakukan seperti illustrasi di bawah ini:

Figure 1. Classical Newmark analysis integration scheme

Figure 2. Newmark Analysis Sample

Figure 3. Newmark Free Program (Download Free : http://sourceforge.net/projects/newmark/)

Lalu bagaimana nihh cara menghitungnya klo manual???

gampangnya sih tinggal integral-integralkan saja dari percepatan ke displacement dan dibatasi pada Ky sesuai analisis limit-equilibrium yang dijelaskan seperti di atas.

 

Salam,

Andri

Potret Darurat Jalan Kita (Pak Moko, Si’ 70)

“Ini Bandung, bung!” … komentar seorang bonek Persib di angkot waktu ngobrol masalah kubangan/jalan di Bandung (kelihatannya beliau ini bukan asli Bandung, logatnya mirip lae RS 🙂 Dua tahun di tanahair (tercinta?) ini aku menelusuri jalan-jalan di Bandung dari dekat, secara intimate — bukan dari atas mobil, tetapi jalan kaki. Dan apa yang ditulis Mas Harun ini sebetulnya “underestimate” situasi di lapangan

Kalau aku boleh membetulkan semantiknya, bukan “darurat” yang musti dipakai, tetapi “kronis” … karena penyakit ini sudah berlangsung sangat lama. Kuamati dengan seksama sejak tahun tujuh-lima, ketika di ITB dibuka Pasca Sarjana Jalan Raya (aku angkatan pertama), i.e. 37 tahun yang lalu — dan aku yakin “kanker” dalam infrastruktur ini sudah berlangsung jauh hari sebelum itu.
Kadang aku geli, campur kasihan, kalau masih ada yang ngutak-atik segala macam upaya “managemen modern” [no offense, Harun] sebab apapun metode yang dipakai, akar dari masalahnya bukan disitu. Hanya saja orang yang justru dalam bidangnya (the-so-called professionals or experts) memilih “look the other way” … memilih diam selama (4 dekade atau lebih) — entah karena sudah merasa tak berdaya (powerless), ikutan makan, atau sekedar ketakutan kehilangan jabatan/kesempatan hidup “mapan.” Begitulah penyakit “kanker” di negeri ini –dalam topik ini, yang menyerang bidang infrastruktur– yang bisa dibilang sudah metastasis (stadium ke 4), menyebar kemana-mana dalam segala bidang.

Tahun 1995, ketika mempersiapkan seminar di Madison yang mengundang para indonesiaists dari seluruh dunia, aku ikut bantu interview seorang konsultan World Bank yang punya perhatian khusus pada pinjaman ke Indonesia. Dia bilang situasinya 30/70: sekitar 30% dana uang dikucurkan untuk infrastruktur ilang entah kemana, hanya 70% yang dipakai untuk “pembangunan” fisik. Tahun pertama kembali ke tanahair, aku “interview” (persisnya mendengarkan dongeng) teman-teman yang terlibat dalam infrastruktur (policy making, design-planning, pelaksana, etc) … weladalah, kepalaku bikin kalkulasi cepat, dan angka-angka 1995 itu kelihatannya sudah terbalik, angka-angkanya 70/30 … yang nggak jelas kemana ilangnya yang 70% itu.

Yang jelas, kata teman yang kuinterview ini, semua pada minta bagian: dari orang pemerintah/PU sendiri, lalu anggota DPR, gubernur, bupati, camat, lurah, preman kecil di jalan dan jangan lupa juga preman besar “calo” anggaran/proyek. Dan ini juga “teman-teman” kita sendiri juga. Kita yang jadi kontraktor ini nggak dapat apa-apa, pulang modal (impas) sudah termasuk mujur … lalu apa aku musti nutup kantor (gulung tikar)?

Baru saja kita “dikagetkan” oleh runtuhnya jembatan Kukar di Mahakam yang umurnya belum 10 tahun. Aku berani taruhan hasil investigasi forensik dari “musibah” ini tidak akan pernah tuntas, sehingga kita tidak akan pernah belajar dari kejadian ini … artinya, ini akan terulang kembali. Menteri PU bikin statement ini “kejadian langka” (jembatan baru 10 tahun roboh) … aha, beliau lupa (atau bagian dari kebohongan publik?) bahwa 2 tahun sebelumnya jembatan Kapuas Timpah juga roboh, bahkan sehari sebelum diresmikan! Yang menarik, tidak ada sepatah katapun dari “professionals” kita, yang kebanyakan juga temen-temen alumni cap gajah ini. Seolah ada gerakan tutup mulut massal. Conspiracy of silence.

Apa yang bisa kita lakukan? Entahlah, kalau ini kanker beneran, kalau sudah metastasis itu ya musti chemo-therapy atau radiasi total … resikonya juga besar, karena sel-sel sehat ikut ketembak. Dalam masalah sosial, therapynya sulit sekali tetapi juga masih mungnkin diharapkan. Bukan dengan pemimpin yang hebat seperti Jokowi, misalnya [please sedikit realistik, tinggalkan mitos Ratu Adil], tetapi perubahan way of life dan attitude dari kita semua –everyone of us– terhadap kejahatan publik. Tidak terlalu berlebihan kalau dibilang bahwa kita itu “permissive” kepada kejahatan publik … dari yang kecil sampai yang besar (bisa kita lihat di pemilu IA kemarin :-). Dan seperti ujar-ujar lama, ‘alah bisa kar’na biasa, kita punya seribusatu jurus pembenaran pada pa-apa yang seharusnya tidak bisa dibenarkan: tanpa angpau (uang semir) ekonomi tidak akan jalan, tanpa korupsi pembangunan berhenti, etc. Apa iya?

Akankah kita satu saat berubah menjadi bangsa modern? Bangsa atau masyarakat yang bisa menerapkan managemen modern (yang salah satu manifestasinya adalah tidak ada lagi jalan kubangan)? Aku tidak bisa menjawab itu, karena ini merupakan collective effort dari 241 juta manusia, hanya kita semualah, bersama-sama, yang bisa merealisasikannya. Kalau “business as usual” seperti yang kita lakukan selama ini, aku kuatir kita tidak akan bertahan lebih dari satu generasi lagi [the result of my model –complex system– indicates that], jadi seperti kepada pasien kanker stadium 4, aku hanya bisa menganjurkan berdoa banyak-banyak saja, dan baik-baik sama tetangga … siapa tahu?

Toro sang “Pemberani”

Hari ini entah kenapa saya sedang on-fire untuk menulis. kali ini saya punya cerita tentang adek kelas saya yang sekantor dengan saya bernama Toro. Nama aslinya sihhh Anggi Yugantoro, ntah apa yang dipikiran ibunya saat memberikan nama? atau mungkin yang salah adalah pegawai kecamatan yang salah ketik, mungkin dulu ibunya pengan nama Angga tapi si pegawai kecamatan keseleo hingga tertulis nama Anggi. atau yang lebih harus dipersalahkan lagi adalah mesin tik nya. tapi gpp lahh, nama anggi sudah jadi miliknya anggi, jadi jangan urusi namanya lagi.

Dia satu tahun di bawah saya, dan sekarang bekerja satu kantor dengan ku di PAU lt2 ruangan geoteknik. faktanya gedung PAU itu gedung yang angker, mau dihuni ama 100 orang ajah masih terasa sepi. okelah terlepas dari angkernya si gedung ada baiknya kita mengenal watak si toro ini. jujur saja dan tidak ingin menutup-nutupi, bahwa toro itu “penakut”. ama cicak yang lepasin ekor nya ajah udah bikin dia diare, apalagi klo dikasih anak kecil tanpa baju dan botak yang bisa lari-lari di dalem kantor kayaknya sudah hepatitis B dehh.. 

sebelum saya bercerita, saya ingin mengklarifikasi kalau aku tidak pernah berniat jail ama orang lain. balik ke menu utama cerita ini, suatu hari di hari sabtu saya janjian ama Toro untuk datang ke PAU. dikarenakan aku ada acara futsal dulu sekitar jam 10 sampe jam 12, maka kemungkinan saya akan sampe ke PAU jam 1 siang. datanglah saya ke PAU, udah feeling bahwa si Toro sudah berada didalamnya maka datenglah ide untuk menakut-nakuti nya. ingin saya tegaskan lagi bahwa aku gak pernak berniat untuk jail, tapi ide itu muncul sepintas jadi bukan atas dasar niat, tapi atas dasar kesadaran sendiri. karena pintu ruangan kita terbuat dari bahan ajaib, maka kalo kita buka pintunya maka setelah dilepas akan menutup kembali dengan efek suara “jelegerrrr”. maka saya buka pintunya dan lalu saya lepas, kemudian saya coba untuk lari dan sembunyi di belakang kolom gedung PAU yang terhitung sangat besar. maka beberapa menit kemudian muncullah si toro keluar dan melihat ke kiri dan ke kanan, lalu masuklah kembali si toro ini ke dalam. saya gak liat mimik mukanya si toro tapi rasanya aku membayangkan klo mukanya udah setengah ketakutan dan aku ingin sekali diperasaannya bahwa yang melakukan itu adalah hantu. lalu setelah sepi kembali saya coba buka pintu lagi dan lalu saya lepas dan saya lari ke WC. saya diamkan sekitar 10 menit. ntah apa yang terjadi di ruangan sana, tapi saya berharap ada kegelisahan menyelimuti si toro. karena saya pun capek menunggu di wc dan saya rasa tidak ada manfaatnya juga saya coba masuk ruangan dengan muka standar dan datar. lalu masuklah aku ke dalam ruangan dan menemukan toro yang sedang bersiap-siap untuk pulang. ohh Toro, sungguh ruangan ini butuh hiburan dan aku ini haus akan hiburan.

dandan si supir

lagi-lagi ingin cerita tentang temanku satu ini. memang terlalu unik teman ku yang satu ini. Jika anda pertama kali melihat-nya mungkin dalam bayangan anda akan terpintas kernet angkot, atau tukang jual ketan bakar di lembang, hehehehehehhe maaf Dan. Tapi aku yakin itu, dari sikapnya yang sangat sederhana dan tidak mencerminkan intelektual seorang mahasiswa membuat dirinya begitu otentik. Kadang kita selalu menganggap orang itu dari cara berpakaianna (judge book by its cover), terkadang juga kita salah menafsirkan kekayaan hati yang ada didalam nya (and please don’t judge a book by its cover). dandan ini meskipun sangat sederhana dari segi bahasa yang tidak ingin menunjukkan dirinya pintar, dia memberikan keramahan yang luar biasa (saya rasa idungnya akan terbang jika membaca bagian ini).

Well paragraf di atas saya coba masukkan sebagai cara biar post ini terlihat panjang dan bukan berniat memuji si dandan. Disini saya ditugaskan oleh hati saya sendiri untuk menceritakan kisah dandan berikut.

kisah ini dimulai ketika dandan pergi ke kampus dari rumahnya dengan menggunakan kol buntung (pick up) yang berisikan banyak barang, dengan tidak memikirkan dampak kedepan akibat menggunakan mobil tersebut maka dandan dengan tenangnya menyetir ke arah parkiran sipil ITB. sebenernya mesti di akui bahwa muka dandan ini sangatlah klasik, disebut umur 26 tahun pun semua orang gak akan percaya. kalo dia bilang umur 35 tahun ajah, saya yakin 80 koresponden akan menjawab “percaya”. Okeh, intinya adalah muka dandan itu “boros”, wkwkwkkwkwkw. tibalah dandan di parkiran sipil dan dengan tenangnya memasukkan mobil ke dalam parkiran. tiba-tiba datanglah seorang penjaga dan mendatangi dandan sebelum mengambil kartu parkir.

“Mau ke mana pak?”, tanya si tukang parkir

“Mau ke dalem”, jawab dandan dengan percaya dirinya ditambah senyuman yang khas yang menunjukkan gigi2 depannya

“ohhh, klo bapak mau anter barang mahh, lewat gerbang depan ajah”, perintah si tukang parkir. disini tanpa disadari bahwa si dandan dianggap tukang sopir yang sedang mengantar barang.

“Ohh, gpp pak saya mau daftar S2, saya parkir disini saja”, jawab dandan dengan sedikit ketus karena merasa tersindir. perlu ada catatan bahwa si dandan sebenernya gak pernah ketus karena setiap bicara satu kata ajah ada efek ketawa nya..

Ya Alloh, jagalah selalu temanku yang satu ini sehingga selalu dalam lindungan-Mu.

 

2012, October 9th

di PAU berdua dengan josua

The Third Place (By : Pak Moko, SI’ 70)

Sudah mulai nampak muka sebenarnya dari mereka yang sangat berkepentingan untuk melanjutkan “status quo” dalam pilkada Jakarta yang baru lalu. Setelah terbukti menang 2 putaran pun masih saja, setiap ada kesempatan, Jokowi-Ahok diogrok-ogrok bahkan sebelum mereka memangku jabatannya yang baru. Orang-orang itulah yang punya kepentingan paling besar, kepentingan bisnis, kepentingan emporiumnya. Mereka ini sekarang ketakutan kalau rencana-rencana bisnisnya terhenti … karena Jokowi (begitu juga Ahok) sudah terlihat dari track-recordnya, lebih mementingkan rakyat banyak (konstituen) ketimbang kolusi segelintir pengusaha-penguasa yang tidak pernah terpuaskan (insatiable) dalam harta dan kuasa. [Coba baca lagi kasus bekas pabrik es Sari Petojo yang melibatkan gubernur Jateng Bibit Waluyo, yang mengatai-ngatai Jokowi sebagai “walikota bodoh” karena tidak menyetujui pembangunan mall mewah di lokasi bekas pabrik bersejarah tersebut.]

Nah sekarang, apa memang benar mainstream masyarakat kita itu begitu “konsumtif” nya ? Saya rasa tidak — kecuali beberapa gelintir yang mampu pergi ke mall-mall di Singapura untuk belanja kebutuhan sehari-hari (entah duitnya dari mana 🙂 atau dikit-dikit mengeluh dan berobat ke kota singa itu … Memang konsumerisme itu juga bisa diciptakan dan ditingkatkan dengan membuat ilusi semu … seolah beginilah lifestyle yang ‘modern’ maju, dsb … via brainwashing yang terus menerus melalui media maupun policy dari kolusi pengusaha-penguasa.

Coba pikir, apakah dengan tingkat pendapatan masyarakat yang sekarang, bahkan 15 tahun lagi [forget about those 2030 prediction craps … 2030 kita akan melampaui Jerman … my foot!], apakah sebagian besar penduduk jakarta/Indonesia akan bisa atau mampu menjadi konsumtif seperti yang digambarkan atau diharapkan para tycoon tersebut? Jadi sebetulnya pembangunan mall-mall atau kompleks gemerlap di Jl. Satrio itu sebetulnya untuk siapa … untuk rakyat banyak? no way; untuk elite kita .. hmmm, mereka lebu suka ke S’pore yang tidak macet, dan aman. Lalu untuk apa sesungguhnya? ya demi harta, kuasa ditambah ego pribadi semata. Anggaran dan kepentingan negara/rakyat terlalu berharga untuk pet project dan idea yang selfish semacam itu.

Jadi apakah sebenarnya yang dibutuhkan rakyat?

Terus terang saya sendiri juga nggak pasti apa itu … tadinya. Tetapi setelah melihat dan menganalisa rencana Jokowi-Ahok yang mereka namai ‘superblok’ … rumah susun 7-8 tingkat yang disewakan dengan harga murah (subsidized) kepada mereka yang membutuhkan, yang dibawahnya ada puskesmas, ruang serbaguna, dan pasar dibawahnya. Rusun “tanpa mobil” yang tidak menambah kemacetan di jalan raya; lokasi yang berada disekitar kawasan perkantoran/pekerjaan yang berarti memperpendek travel, yang memungkin Jakarta memiliki 30% ruang hijau (paru-paru kota) … saya baru sadar betapa sederhananya rencana itu, tetapi begitu brilyan — yang bisa bikin orang yang menggeluti urban sociology selama ini jadi getok kepala sendiri “why I’ve never thought about this before.”

Apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh manusia?

Ray Oldenburg, seorang urban sociologist dari Florida, menyebutnya sebagai The Third Place,

” … where people can gather, put aside the concerns of work and home, and hang out simply for the pleasures of good company and lively conversation – are the heart of a community’s social vitality and the grassroots of democracy.”
sebagai kebutuhan esensial manusia dalam sebuah komunitas. Oldenburg melontarkan istilah ini pertama kali dalam bukunya yang sudah menjadi klasik, “The Great Good Place” (Paragon House, 1991); yang sepuluh tahun kemudian ditilik kembali dalam “Celebrating the Third Place: Inspiring Stories about the “Great Good Places” at the Heart of Our Communities” (Marlowe & Co, 2000). Ditengah kegalauan “modernisasi” yang membuat self-isolation (lu-elu gue-gue; pagar rapat yang mengelilingi setiap rumah), sosialisi manusia terbatas pada rumah/keluarga (The First Place) dan pekerjaan/kantor (The Second Place). Menurut Oldenburg …
“Most needed are those third places which lend a public balance to the increased privatization of home life. Third places are nothing more than informal public gathering places. The phrase ‘third places’ derives from considering our homes to be the first places in our lives, and our work places the second.”
Third place ini bisa berupa local cafe, barber shop (di Brazil sangat populer), bowling alley, atau spesifik di kota saya dulu (Madison, WI), downtown State Street atau The Terrace — halaman UW Student Union yang terletak dipinggir danau Mendota yang praktis menjadi “living room” dari penduduk kota. dll. dimana oragn pada ngumpul, kenal satu sama lain, dan tidak kenal tingkat sosial-ekonomi maupun hierarki ditempat kerja. Shopping mall tidak termasuk dalam golongan “Third Place” ini … tidak pernah ada sense of community di shopping mall. Ujar Oldenburg …
“Totally unlike Main Street, the shopping mall is populated by strangers. As people circulate about in the constant, monotonous flow of mall pedestrian traffic, their eyes do not cast about for familiar faces, for the chance of seeing one is small. That is not part of what one expects there. The reason is simple. The mall is centrally located to serve the multitudes from a number of outlying developments within its region. There is little acquaintance between these developments and not much more within them. Most of them lack focal points or core settings and, as a result, people are not widely known to one another, even in their own neighborhoods, and their neighborhood is only a minority portion of the mall’s clientele.”
Ciao,
Moko/

dandan lagi

ini adalah cerita tentang YMan saya dengan sahabat polosku ini.

9-11-2010

Me : dan

dandan : woii, kenapa il?

lalu saya tidak balas kembali dan membiarkan dandan bertanya-tanya.. 15 menit kemudian

dandan : iyah il, kenapa?

dan saya tetap tidak bales

10-11-2010, esok harinya

me : dan, saya butuh bantuan nihhh!!!

dandan : iyah il, apa yang bisa dibantu??

lalu saya pun tidak melanjutkan percakapan lagi hingga beberapa menit kemudian dandan melakukan tindakan ini

dandan : //buzz

tapi saya tetap pada pendirian untuk tidak membalasnya

11-11-2010, esok dari esok harinya

me : ehh punten dan kemarin saya tiba-tiba keluar, boleh minta tolong gak?

dandan : okeh il, semoga bisa ngebantu

me : okeh tunggu dan lagi ditulis

dandan : okeh2

dan sayapun tidak menerukannya lagi hingga mungkin dia tersadar bahwa sedang ditipu dan meng-off khan diri

12-11-2010, esok dari esok esok harinya

hari ini saya tidak melakukan hal serupa pada dandan, namun tiba-tiba dandan hendak menipu saya dengan ym yang tiba-tiba muncul

dandan : il, keur dimana ?, urang mau nanya nihh(artinya : il lagi dimana?, saya mau nanya nihh)

me : –

artinya saya tidak membalas apapun terhadap si dandan, dan sekitar 5 menit kemudian

dandan : please il, urgent nihhhh

me : –

artinya saya masih yakin itu pasti jebakan, dan tidak lama kemudian

dandan : maneh ngajak ribut il? (artinya : il, kamu ngajak ribut)

me : –

artinya saya sudah sadar bahwa itu jebakan dan berarti jangan dibales

dandan : offline (yang artinya pundung),

hihihihihihihi,

ohh sahabat polosku, kenapa kau begitu polos, hingga kepolosanmu membuat tingkahku menjadi polos.

selamat ulang tahun kawan, semoga tetap seperti itu adanya

ferdi dirindukan cebol

ohh temanku uda ferdi aka ferdi aka fredi aka bambu, sibukkah dirimu hingga lupa akan temanmu yang baik ini yang selalu bersedia memenuhi kebutuhanmu itu?. ohh uda ferdi aka ferdi aka fredi aka bambu, kaya kah dirimu hingga lupa menraktir temanmu yang baik ini yang selalu menemanimu makan dimanapun dan kapanpun saat kita kuliah dulu?. tapi lupakanlah tentang yang pernah aku lakukan karena semua itu hanya sejarah yang mungkin bisa kau kenang ataupun tidak.

by : Muhammad Rizki a.k.a cebol

Surat Keputusan Geotek’ers

June 23, 2009,

jika kalian masih ingat bahwa saya pernah mempermainkan angkatan atas

jika kalian masih ingat bahwa saya adalah seorang pencari celah

jika kalian masih ingat bahwa saya adalah anggota geotek’ers (kalau tidak mengerti yasudahlah jangan terlalu dipikirkan)

dan jika kalian masih ingat bahwa saya pernah menulis ini

No : 01
perihal : Perpanjangan masa jabatan Dewan Pembina Geotek’ers

Menimbang :
1. AD/ART Geotekers tentang masa jabatan dewan pembina geotek’ers berlaku selama satu tahun dan masih berstatus sebagai mahasiswa geotek teknik sipil ITB
2. bahwa S2 adalah mahasiswa ITB juga

memutuskan :
mengangkat lagi mas Obby (Bobby) sebagai dewan pembina geotek’ers selama satu periode lagi (tahun 2009 – 2010)

tertanda :
Musyawarah anggota geotek’ers

Dandan dan AI3

wahai yang sedang membaca , aku hanya ingin memberitahu bahwa aku punya seorang kawan bernama dandan anugerah. tahukah kamu bahwa semua wanita suka dandan?  namun saya yakin juga bahwa setiap orangpun pernah merasakan anugerah.

tahukah kalian kenapa gunung tangkuban perahu tidak menampakkan gejala akan meletus,? jika kalian tidak tahu karena kawan ku yang satu ini adalah kuncennya yang pernah berjanji bahwa tangkuban perahu tidak akan meletus selama dia masih lajang. lalu tahukah kalian, kenapa PSSI begitu kacau balau,? itu karena om nurdin merupakan kader pohon beringin yang masih memiliki spirit orde baru.  bagian ini cuman mengingatkan kalian bahwa saya masih punya jiwa kritis.

okeh setelah kalian tahu dandan, maka saya ingin menjelaskan apa itu AI3, jadi AI3 Adalah Izin Internet di Itb. nahh ceritanya adalah seperti ini:

suatu siang yang saya lupa tanggal berapa namun terjadi pada bulan februari 2010. saat itu saya berada di lab sedang berinternet ria dan tiba-tiba ada peringatan di komputer saya bahwa ijin saya untuk berinternet sudah habis sehingga saya disuruh untuk  membeli voucher isi ulang. namun karena keuangan pada saat itu tidak memungkinkan saya untuk membelinya yang berharga 12 500 rupiah, maka saya berniat untuk menggunakan id kawan saya itu (red : dandan anugerah).

saat komputer memerintah saya  untuk masukkan id dan password maka saya memasukkan sperti ini

id : “dandan_anugerah”

password : “dandan”

entah kenapa passwordnya begitu mudah, namun lupakanlah kebaikan dandan yang memberikan passwor yang mudah ini, karena saya langsung menikmati internet.

namun tiba-tiba satu jam kemudian aku tidak bisa mengakses kembali internet dikarenakan password sudah diganti oleh orang lain, dan dengan yakin bahwa yang mengganti password adalah sang empunya (red : dandan anugerah), maka pada saat saya berniat untuk membeli voucher saja, tiba-tiba terbesit untuk memasukkan lagi id sebagai berikut

id : “dandan_anugerah”

password : “anugerah”

dan dengan kebaikan yang diberikan oleh sang empunya, maka tidak disangka bahwa saya bisa berinternet ria lagi.

dengan senangnya saya berinternet ria hingga siang menyuruhku makan, maka saya pergi ke jurusan bertemu dengan teman-teman saya yang ada disitu untuk mengajak mereka makan. dan tiba-tiba di ruang studio tugas akhir (tempat orang yang stress mengerjakan skripsi) ada sesosok yang sangat familiar dan jika anda melihatnya anda akan mual, hal ini bukan karena mukanya namun karena dia punya teman bernama yudi yang sedang duduk disebelahnya. okeh saya tidak berniat ntuk membahas yudi, karena membuat cerita ini menjauh.

setelah melihat sosok dandan secara spontan saya berniat mengajak dia makan siang.

“beul, urang dahar yuk”, ajak saya yang dalam bahasa indonesia artinya “bro, kita makan yuk”.

“hayu-hayu, tungguan diluar sakeudeung deui” jawab dandan yang bahasa indonesianya adalah “okeh. tunggu diluar sebentar il”

dengan sabarnya saya tunggu, dan beberapa menit kemudian dandan  keluar (dalam hal ini perasaan saya senang, karena dia tidak mengajak yudi). dalam perjalanan makan dia bilang begini :

“il, parah bieu aya jaleuma nu make id ai3 urang”, artinya “il, parah tadi ada orang yang pakai id ai3 saya”

“wahhh Dan jahat pisan jaleumana”, lanjut saya yang artinya lagi “wahh Dan, jahat banget tuhh orang”

“heuehh kuurang geus diganti ehhh can oge sababaraha menit geus dipake deui”, dandan ngomong lagi, dan dengan capeknya saya artikan “iyah, tadi sudah saya ganti passwornya belum beberapa menit udah dipake ama orang lagi”

“ohh, yaudah Dan, passwordna nu hese atuh”, saya memberikan saran, yang ini artinya “ohh, yasudah Dan, paswordnya yang susah ajah atuhh”

“okeh il, kuurang ganti wehh passwordna “Lembang”, ngkeu mun urang geus di studio kuurang ganti passwordna “, dandan membalas, ini artinya “okeh il, sama saya ganti passwordnya jadi “Lembang”, entar kalau udah balik ke studio saya ganti passwordnya”

dan kamipun melupakan hal itu karena kami sudah ditempat makan, setelah perut penuh dengan makanan akhirnya kami kembali ke aktivitas kami masing-masing. dan setelah saya kembali ke lab saya ingin berinternet dulu dan sudah pasti komputer meminta user id ai3

dan dengan permohonan maaf kepada Tuhan dan ats ijin dandan yang mungkin tidak pernah bilang maka saya menggunakan id seperti berikut

id : “dandan_anugerah”

password : “Lembang”

ohhh sungguh makan siang yang enak, entah seberapa kesal dandan di tempat kerjanya? namun aku tidak ingin melihatnya.

Blog-Maafkan aku

disaat niat untuk membuat blog di akhir tahun 2010 akibat tergiur oleh teman-teman hebat saya yang mempunyai blog dan dengan tulisan-tulisannya yang hebat seperti teman saya yang satu ini, yaitu aryansah namanya (jika kalian belum kenal siapa orang hebat ini, maka saya terpaksa harus memperkenalkannya kepada kalian. Ini alamat emailnya : karidutandbudayut@yahoo.com dan ini alamat blog nya http://aryansah.wordpress.com, dan saya rasa anda tidak perlu memaksakan diri anda untuk mengadd ym-nya atau bahkan membuka blognya karena saya takut anda benar-benar kecewa terhadap saya). ok lupakan lahh ary untuk sesaat karena saya masih ingin menceritakannya kembali di tulisan saya selanjutnya.

oia, karena saya sudah tertarik membuat blog, maka tangan saya tergiru memijit h…t…t…p…/…/…w..o…r…d…p…r…e…s…s…c…o…m….., dengan gerakan yang sangat lambat karena saya tidak yakin bahwa tulisan saya akan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

maka muncullah halaman web wordpress yang saya tidak tahu berapa pendapatan wordpress akibat tulisan-tulisan berharga yang tertuang didalamnya. dengan sangat yakinnya saya memilih SIGN UP, yang oleh teman saya (namanya martin) dibaca seperti ini

“Sigen Ap” dan karena saya saking malunya akibat beliau ini adalah teman seperjuangan saya di SMA, maka saya perbaiki bahwa cara membacanya adalah seperti ini

“Sain Ap”

well, itu ternyata bermanfaat buat dia dengan bukti bahwa nilai toefl-nya makin menanjak hingga perusahaan perbankan ternama langsung menerimanya dengan sangat welcome.

balik lagi ke niat saya untuk membuat blog.

setelah sampai ke halaman signup, saya mecoba memasukkan “andrisipil” sebagai sebuah id blog yang saya yakin nama itu tidak akan pernah diapakai oleh orang lain. tapi kenyataannya, tiba-tiba muncul peringatan yang mengatakan bahwa “damn, your id have been saving in my database”..whattt!!!, ternyata saya sudah pernah mendaftar.. no…no…no…kapan saya memutuskan menjadi penulis ???. sebuah tanda tanya besar yang saya harus jawab, but, saya coba memasukkan id itu dan memasukkan password umum saya yaitu _ _ _ _ _ _ _ _ _ (mohon maaf karena bagian ini sangat rahasia, dan saya rasa kalian tidak punya keinginan untuk menghack-nya), dan ternyata password tersebut salah…

arrrrggghhhhh, ini membuat saya penasaran maka saya mencoba berbagai kemungkinan password yang saya rasa benar.

1. saya coba dengan password “aryansah_ganteng”, dan ternyata sudah diapastikan bahwa database menolaknya, soalnya pada kenyataannya dia tidak ganteng,

2, sekarang saya coba password ke-dua “Ail_Jelek”, dan ternyata inipun gagal, saya tidak tahu kenapa bisa gagal, untuk hal ini saya tidak berniat sombong sama sekali tapi saya rasa saya ini ganteng.

3. saya coba password “_ _ _ _ _ _ _ _”, ternyata yang ini benar-benar bisa memasukkan saya ke dalam blog yang entah berapa lama sudah saya tidak isi. dan dengan keberhasilan ini saya cuman ingin bilang bahwa saya berbohong untuk 2 password di atas.

ohh indahnya, ternyata saya baru sadar bahwa saya punya sebuah blog, ohhh blog maafkan aku sudah meninggalkanmu menjadi bangkai. dan aku berjanji akan mengisimu dengan kata-kata indah

dan saat aku lihat last post, tertulis

2008/03/01
Published